KESALAHAN DALAM BERBAHASA INDONESIA
SECARA FONOLOGI
SECARA FONOLOGI
Ulya Nafiah
5302414079
Abstrak : Bahasa merupakan
alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara langsung dengan sesamanya. Dalam berinteraksi dengan
menggunkan bahasa, khususnya bahasa Indonesia haruslah menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar agar pesan yang ingin disampaikan dapat
dimengerti dan dipahami oleh sesamanya dengan baik dan benar. Namun tidak semua
pengguna bahasa Indonesia dapat menggunakan dan menerapkan kaidah yang telah
ditetapkan dengan semestinya. Masih terdapat kesalahan dalam berbahasa,
terlebih pada saat pelafalan bahasa. Kesalahan pelafalan bahasa dapat disebut
dengan fonologi yang mana penyebab dari kesalahan ini berupa perubahan fonem, bunyi
diftong, kluster dan kesalahan pemenggalan kata. Dengan mempelajari tentang
kesalahan berbahasa Indonesia secara fonologi, akan dapat diketahui
kesalahan-kesalahan yang terjadi dan dapat melakukan pembenaran, serta dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kata kunci : kesalahan berbahasa, baik dan benar,
fonologi.
PENDAHULUAN
Bahasa
mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab bahasa
merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi anatara satu dengan yang
lainnya, mulai dari keluarga, masyarakat hingga dalam kehidupan bernegara.
Bahasa sendiri dapat tersusun dari simbol lisan yang dipakai oleh sekelompok
masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung antar
sesamanya. Dengan bahasa, seseorang dapat menuangkan ide atau pendapat serta
semua yang ingin disampaikan agar lawan bicara mengerti dan memahami maksud
yang ingin disampaikan. Sebagai alat komunikasi bahasa memang sangat beragam.
Antar satu negara dengan negara yang lain pasti memiliki bahasa yang berbeda, begitu
juga Indonesia yang memiliki ragam bahasa, ada bahasa jawa, bahasa sunda, dan
masih banyak bahasa daerah lain di Indonesia. Dan setiap daerah mempunyai
dialeg dan logat bahasa yang berbeda-beda, hal tersebut dapat menyebabkan
kesalahan dalam berbahasa indonesia yang baik dan benar.
Semakin berkembangnya zaman, pengguna
bahasa sering terkontaminsi dengan bahasa asing maupun bahasa daerah yang mana
hal tersebut dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Kesalahan dalam berbahasa sering terdeteksi dalam bunyi bahasa
atau pembicaraan yang digunakan pengguna bahasa dalam mengucapkan suatu bunyi. Masalah
kesalahan berbahasa Indonesia merupakan permasalahan dimana kurang tepatnya
dalam menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan
berbahasa ini sering terjadi pada setiap pemakai bahasa.
Oleh karena itu, perlu dipelajari
kembali agar pengguna bahasa Indonesia dapat berbahasa Indonesia secara baik
dan benar sesuai kaidah yang berlaku.
Rumusan masalah dalam penulisan
karya tulis ini sebagai berikut (1) Apa saja kesalahan yang terjadi dalam
berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi?
(2) Apa saja sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi? (3)
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meminimalkan kesalahan?
Tujuan dalam penulisan karya ilmiah
ini adalah (1) untuk mengetahui kesalahan yang terjadi dalam berbahasa Indonesia
dalam tataran fonologi (2) untuk mengetahui sumber kesalahan berbahasa dalam
tataran fonologi (3) untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan kesalahan.
Setelah mengetahui tata cara
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, diharapkan para pengguna
bahasa dapat menerapkan tata cara tersebut dalam kehidupan sehari-hari serta
agar pengguna bahasa dapat terhindar dari kesalahan dalam menggunakan bahasa
Indonesia.
KAJIAN
TEORETIS
1. Pengertian Kesalahan Berbahasa
Indonesia
“Kesalahan berbahasa adalah
penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa
itu” Tarigan (1997) dalam Indihadi (2010: 5).
“Kesalahan
berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang tidak diinginkan (unwanted form) khususnya suatu bentuk
tuturan yang tidak diinginkan oleh penyusun program dan guru pengajaran bahasa”
H. V. George dalam Ainun Salimah (2013).
2.
Pengertian
Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Indihadi (2010: 2) menyimpulkan “bahasa Indonesia
yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang memenuhi faktor-faktor
komunikasi, adapun bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang
memenuhi kaidah-kaidah (tata bahasa) dalam kebahasaan”.
3.
Pengertian
Fonologi
Kesalahan bidang fonologi menurut
Markamah (2010, 76-77) dalam Tri Maulida Wijayanti (2012: 2) adalah “kesalahan
yang berhubungan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa”.
“Fonologi dimaknai sebagai ilmu
tentang bunyi bahasa, terutama yang mencakup sejarah dan teori perubahan bunyi”
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988: 244) dalam Ainun Salimah (2013).
“Secara etimologi istilah “fonologi”
ini dibentuk dari kata “fon” yang bermakna “bunyi” dan “logi” yang berarti
“ilmu. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan bahwa fonologi merupakan ilmu
yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya” Verhaar (1984: 36) dalam
Ainun Salimah (2013).
“Fonologi adalah bidang linguistik
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya” Harimurti (2009: 63)
dalam Misnawati (2014).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan metode
pengumpulan data dan metode analisis data. Dalam mengumpulkan data, penulis
menggunakana metode pustaka berdasarkan pada buku dan karya ilmiah yang telah
melakukan penelitian sebelumnya.
Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan metode kualitatif dengan mencari contoh-contoh kata kesalahan
berbahasa Indonesia pada tataran fonologi serta memberikan contoh yang benar.
Pada saat pengambilan materi
berfokus pada pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar, kesalahan
berbahasa, kesalahan-kesalahan secara fonologi, sumber kesalahan berbahasa
secara fonologi, serta upaya untuk mengurangi kesalahan yang terjadi.
Dalam kesalahan berbahasa Indonesia
pada tataran fonologi penyebab terjadinya kesalahan adalah berasal dari
perubahan fonem, bunyi diftong, kluster dan pemenggalan kata.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kesalahan dalam Berbahasa Indonesia
pada Tataran Fonologi
Sebagaian
besar kesalahan berbahasa Indonesia pada tataran fonologi berkaitan dengan
pengucapan. Tentu saja bila kesalahan berbahasa lisan ini dituliskan maka akan
menjadi kesalahan dalam bahasa tulis. Ada berbagai kesalahan berbahasa Indonesi
dalam tataran fonologi. Misal, kata akan diucapkan
akén, harap diucapkan harép,
garam diucapkan garém, pinjam diucapkan
pinjém menunjukkan penyebab kesalahan fonem /a/
diucapkan /é/. Kata keliru diucapkan keleru, ilmu diucapkan elmu, indonesia diucapkan endonesia, air diucapkan aer menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /i/ diucapkan /e/. Kata ké mana
diucapkan kemana, déngan diucapkan dengan, bérapa diucapkan berapa, téman diucapkan teman menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /é/ diucapkan /e/. Kata peka diucapkan
péka, mega diucapkan méga, lengah diucapkan léngah menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /e/ diucapkan /é/. Kata belut
diucapkan belot, burung diucapkan burong, juang diucapkan juong menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /u/ diucapkan menjadi /o/. Kata kokoh
diucapkan kukuh, pohon diucapkan puhun, obat diucapkan ubat menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /o/ diucapkan menjadi /u/. Kata pantai
diucapkan pante, petai diucapkan pete, santai diucapkan sante menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/. Kata kalau
diucapkan kalo, autodidak diucapkan otodidak, autograf diucapkan otograf, autografi diucapkan otografi menunjukkan bahwa kesalahan
berbahasa itu disebabkan bunyi diftong /au/ diucapkan sebagai /o/. Penambahan
fonem /h/ di depan, di tengah, atau di akhir kata seperti kue diucapkan kueh, sepeda
diucapkan sepedah, saya diucapkan sayah. Kata syiar diucapkan siar, syukur
diucapkan sukur, syal diucapkan sal menunjukkan penyebab kesalahan
fonem kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/. Kata pendidikan diucapkan pendidi?an,
kedudukan diucapkan kedudu?an,
kelayakan diucapkan kelaya?an
menunjukkan penyebab kesalahan fonem /k/ diucapkan menjadi bunyi hambat glotal
/?/. Kata ace diucapkan ase menunjukkan penyebab kesalahan fonem
/c/ diucapkan menjadi /se/. Hal yang hampir sama terdapat dalam pengucapan aktif menjadi aktiv, variasi menjadi fariasi
menunjukkan penyebab kesalahan fonem /f/ diucapkan menjadi /p/. Kata variasi diucapkan pariasi, televisi diucapkan telepisi,
vermak diucapkan permak
menunjukkan penyebab kesalahan fonem /v/ diucapkan menjadi /p/. Kata zakat diucapkan jakat, zaman diucapkan jaman,
zaitun diucapkan jaitun
menunjukkan penyebab kesalahan fonem /z/ diucapkan menjadi /j/. Kata zat diucapkan sat menunjukkan
penyebab kesalahan fonem /z/ diucapkan menjadi /s/. Kata khawatir diucapkan hawatir,
akhir diucapkan ahir, akhlak
diucapkan ahlak menunjukkan penyebab
kesalahan fonem /kh/ diucapkan menjadi /h/. Kata kuartal diucapkan kwartal,
kualitas diucapkan kwalitas,
kualifikasi diucapkan kwalifikasi
menunjukkan penyebab kesalahan fonem /u/ diucapkan atau dituliskan menjadi
fonem /w/. Kata apotek diucapkan apotik, magnet diucapkan magnit, apoteker diucapkan apotiker menunjukkan penyebab kesalahan
fonem /e/ diucapkan menjadi /i/. Penyebab lain dalam kesalahan berbahasa
Indonesia pada tataran ini adalah penghilangan atau penambahan fonem tertentu.
Misal, menghilangkan fonem /k/ pada kata maklum
diucapkan malum, bapak diucapkan bapa, bakso diucapkan baso. Kata gaji, sila, dan biji
diucapkan dan dituliskan menjadi gajih, silahkan, dan bijih (besi). Atau kata
hilang, haus, dan hembus diucapkan dan dituliskan menjadi ilang, aus, dan
embus.
Pengucapan
dan penulisan tidak selalu sama dalam bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dalam
pemenggalan kata. Bila bahasa ujaran yang dijadikan patokan maka kata belajar
dapat dipenggal menjadi bela-jar, be-lajar, atau be-la-jar. Namun ternyata
pemenggalan tersebut salah dan yang benar adalah bel-ajar, bela-jar, atau
be-a-jar. Kata kelanjutan diucapkan kelan-ju-tan tetap pemenggalan atas suku
katanya adalah ke-lan-jut-an.
Terdapat
kesalahan lain yang dapat menjadi contoh sebagai kesalahan dalam pemenggalan
kata. Misal, pemenggalan kata tunggal (tak berimbuhan), jika di tengah kata ada
vokal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua vokal tersebut.
Misalnya: seharusnya ma-in menjadi mai-n, ma-af menjadi maa-f. Pemenggalan kata yang terddapat
huruf diftong tidak pernah dipisah. Jika di tengah terdapat konsonan yang
diapit oleh dua vokal maka pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan, misal
kata bapak, seharusnya ba-pak menjadi bap-ak, bar-ang menjadi ba-rang.
Jika di tengah kata ada konsonan rangkap maka pemenggalan di antara
konsonan rangkap itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan, misalnya
kh, ny, ng. Kata mandi dipenggal
salah menjadi ma-ndi yang seharusnya
dipenggal man-di. Jika di tengah kata
terdapat tiga konsonan, maka pemenggalan kata dilakukan di antara konsonan
pertama dan kedua. Kata instrumen dipenggal
menjadi ins-tru-men dan yang benar
adalah in-stru-men. Imbuhan awalan
dan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel
yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada
pergantian garis. Misal, kata makanan dipenggal maka-nan seharusnya makan-an. Pada kata bersisipan, dalam
bahasa Indonesia jumlahnya tidak begitu banyak karena pemakaian sisipan –el,
-em, dan –er tidak produktif. Misal, kata telunjuk
dipenggal t-el-unjuk yang seharusnya te-lun-juk, te-lunjuk, telun-juk. Kata
yang berawalan ber-, be-, bel- dipenggal sebagai berikut, misal kata berubah
dipenggal menjadi ber-ubah, kata berakhir dipenggal menjadi ber-akhir. Kata berawalan pen- misalnya
kata pemakai dipenggal pe-makai, kata pembawa dipenggal pem-bawa. Kata
berafiksasi memper-kan pada kata memperadabkan
dapat dipenggal menjadi mem-per-a-dab-kan,
memper-adabkan, mempera-dabkan, memperadab-kan, mem-peradabkan. Kata
berafiksasi gabungan keber-an misalnya kata keberangkatan
dapat dipenggal menjadi ke-ber-ankat-an,
keber-angkatan, keberang-katan, ke-berangkatan. Kata berafiksasi gabungan
kese-an dapat dipenggal menjadi keseimbangan
dapat dipenggal menjadi ke-se-im-bang-an,
ke-seimbangan, kese-imbangan, keseimbang-an. Kata berafiksasi gabungan
penye-an pada kata penyetaraan dapat
dipenggal menjadi pe-nye-ta-ra-an,
pe-nyetaraan, penye-taraan, penyeta-raan, penyetara-an. Kata berafiksasi
gabungan diper-an pada kata diperlihatkan dapat dipenggal menjadi di-per-li-hat-kan, di-perlihatkna,
diper-lihatkan, diperli-hatkan, diperlihat-kan.
Sumber Kesalahan Berbahasa Indonesia
dalam Tataran Fonologi
Sumber kesalahan berbahasa Indonesia
dalam tataran fonologi antara lain:
fonem, diftong, kluster, dan pemenggalan kata. Sumber kesalahan ini terdapat
pada tataran berikut.
1. Fonem
/a/ diucapkan menjadi /e/.
2. Fonem
/i/ diucapkan menjadi /e/.
3. Fonem
/e/ diucapkan menjadi /é/.
4. Fonem
/é/ diucapkan menjadi /e/.
5. Fonem
/u/ diucapkan menjadi /o/.
6. Fonem
/o/ diucapkan menjadi /u/.
7. Fonem
/c/ diucapkan menjadi /se/.
8. Fonem
/f/ diucapkan menjadi /p/.
9. Fonem
/k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal.
10. Fonem
/v/ diucapkan menjadi /p/.
11. Fonem
/z/ diucapkan menjadi /j/.
12. Fonem
/z/ diucapkan menjadi /s/.
13. Fonem
/kh/ diucapkan menjadi /k/.
14. Fonem
/u/ diucapkan atau ditulis menjadi /w/.
15. Fonem
/e/ diucapkan menjadi /i/.
16. Fonem
/ai/ diucapkan menjadi /e/.
17. Fonem
/sy/ diucapkan menjadi /s/.
18. Kluster
/sy/ diucapkan menjadi /s/.
19. Penghilangan
fonem /k/
20. Penyimpangan
pemenggalan kata.
Upaya yang dapat Dilakukan unuk
Meminimalkan Kesalahan
Upaya
yang dilakukan untuk meminimlakan kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah sebagai berikut.
1. Memperhatikan
fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata maupun kalimat dalam penggunaan bahasa
Indonesia agar dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
2. Banyak
membaca dan mempelajari tentang kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Memoerbanyak
waktu untuk mempeajari tentang kaidah
berbahasa Indonesia.
4. Dilakukan
sosialisasi untuk para pengguna bahasa Indonesia agar dapat menggunakan bahasa
Indonesia sesuai kaidah bahasa.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan
tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kesalahan
berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem,
penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong.
2. Sumber
kesalahan berbahasa pada tataran fonologi terdapat pada perubahan fonem, baik
pada pengucapan fonem, penambahan fonem, penghilangan fonem, dan perubahan
bunyi diftong.
3. Upaya
yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan yaitu dengan memperbanyak
membaca dan mempelajari tentang kaidah berbahasa yang baik dan benar.
Saran
Berdasarkan
simpulan di atas, dapat ditemukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Untuk
dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dimulai dengan belajar
kaidah dan tata cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi pengguna bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
2. Ditingkatkan
lagi pemehaman dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar agar dapat
menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah yang berlaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Indihadi, Dian. 2010. Analisis
Kesalahan Berbahasa. http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/PEMBINAAN_BAHASA_INDONESIA_SEBAGAI_BAHASA_KEDUA/10_BBM_8.pdf. (diakses tanggal 29 November 2015)
Isnaini. Dian. Tahun. “Analisis
Kesalahan Berbahasa Bidang Fonologi, Morfologi, Frasa, Klausa, dan Sintaksis”. https://www.academia.edu/11967171/ANALISIS_KESALAHAN_BERBAHASA_BIDANG_FONOLOGI_MORFOLOGI_FRASA_KLAUSA_DAN_SINTAKSIS.
(diakses tanggal 29 November 2015).
Misnawati. 2014. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA TATARAN FONOLOGi.http://uirmisnawati.blogspot.co.id/2014/11/analisis-kesalahan-berbahasa-tataran.html.(diakses
pada tanggal 12 Desember 2015).
Salimah. Ainun. 2013. “Analisi Kesalahan
Berbahasa Indonesia dalam Tataran Fonologi”. http://ainunsalimah.blogspot.co.id/2014/05/analisis-kesalahan-berbahasa.html. (dikses tanggal 29 November 2015).
Wijayanti, Tri Maulida. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa Bidang
Fonologi Cerpen Berdasarkan Peristiwa yang Dialami Siswa Kelas IXA SMP
Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012. http://eprints.ums.ac.id/19175/2/BAB_I.pdf. (diakses pada tanggal 29 November 2015).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar